BandarQ- Pengawasan APBD era Anies Sandi dan 'pemahaman nenek lu' ala Ahok, Awan Gelap Akan Dirasakan Oleh Warga Jakarta
Jumat, 24 November 2017
BandarQ- Pengawasan APBD era Anies Sandi dan 'pemahaman nenek lu' ala Ahok, Awan Gelap Akan Dirasakan Oleh Warga Jakarta
Pengawasan APBD era Anies Sandi dan 'pemahaman nenek lu' ala Ahok, Awan Gelap Akan Dirasakan Oleh Warga Jakarta |
BandarQ
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah melakukan pembicaraan rancangan APBD Perubahan 2018. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyetujui beberapa alokasi dana yang sebelumnya sempat tidak di setujui pada era kepemimpinan sebelumnya, Basuki Tjahaja Purnama.
Anies memberikan banyak hal yang istimewa kepada DPRD DKI Jakarta untuk memasukkan program mereka. Seperti adanya rencana renovasi kolam ikan yang diusulkan sebesar Rp 620 juta. Padahal zaman Ahok, anggaran renovasi kolam itu dengan anggaran sekitar Rp 500 juta saja sudah ditolak Ahok apalagi sekarang malah jadi Rp.620juta.
Ada juga dana kunjungan kerja komisi-komisi DPRD DKI yang naik sangat pesat, dari era Ahok yang awalnya hanya Rp 4,6 miliar menjadi Rp 107,8 miliar, Naik sampai melebihi 1000%, Wow. Berdasarkan data dari situs apbd. jakarta.go.id, kunjungan kerja komisi pada tahun 2016 hanya dianggarkan sebesar Rp 5,5 miliar. Kemudian mengalami penurunan pada 2017, menjadi Rp 4,6 miliar. Tapi di masa Anies-Sandi 2017 dinaikan melebihi 1000%.
Sedangkan dana untuk reses DPRD DKI Jakarta, Anies mengalokasikan anggaran sebesar Rp 69 miliar. Padahal dua tahun belakangan, dana tersebut tidak mengalami perubahan apapun.Pada APBD DKI 2016, dana reses hanya dianggarkan sebesar Rp 38,3 miliar. Kemudian pada tahun 2017, anggota dewan hanya diberikan Rp 38,1 miliar. disini kita bisa melihat kalau dana reses naik menjadi 2x lipat.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno berdalih dengan alasan kenaikan dana reses kunjungan kerja komisi-komisi DPRD DKI dalam Rancangan APBD 2018 sangatlah wajar. Menurutnya, sebagai wakil rakyat mereka akan langsung mengunjungi ke lapangan.
Sebagai mitra kerja pihak eksekutif, pendapat Sandiaga, legislatif perlu melakukan kunjungan kerja baik di dalam negeri atau di luar negeri. Sehingga mereka punya referensi untuk memajukan Kota Jakarta.
"Karena mungkin kunjungannya lebih banyak. Karena mungkin juga frekuensinya lebih banyak. Tujuannya mungkin banyak. Mereka ingin mendapatkan komparasi dengan metropolis-metropolis yang lain," ungkap Sandiaga di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (22/11).
Hubungan antara legislatif dan eksekutif pada era Anies-Sandi jauh lebih harmonis dan bahagia dibandingkan masa kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama. Setiap kali melakukan pembahasan anggaran, dewan -dewan selalu tidak sejalan dengan keinginan mantan Bupati Belitung Timur itu.
Bahkan, DPRD DKI harus membuat hak angket untuk Basuki atau akrab disapa Ahok itu. Tidak ingin mengalah, mantan politisi Gerindra itu melawan dengan melaporkan sejumlah dugaan korupsi yang dilakukan legislatif dengan melakukan mark up anggaran dalam RAPBD DKI Jakarta Tahun 2015.
Salah satu kasus yang dibuktikan Ahok adalah tentang pengadaan Uninteruptible Power Supply (UPS) untuk sekolah-sekolah yang harganya sampai miliaran per unit. Hal ini dinilai tidak masuk akal. Termasuk soal anggaran sosialiasi Surat Keputusan Gubernur No 168 tentang RT dan RW
Dalam anggaran yang diajukan oleh DPRD DKI, dana untuk melakukan sosialisasi itu sebesar Rp 100 juta. Merasa tidak masuk akal Ahok pun mencoret-coret usulan anggaran itu dengan ucapan 'pemahaman nenek lu'.
Pemahaman nenek lu ala Ahok |
"Ada ratusan atau ribuan (mata anggaran), (dengan nilai) Rp 100 juta, Rp 200 juta kan kurang ajar. Saya tulis 'nenek lu'. Coret!, bener tanya saja Bappeda, saya tulis 'nenek lu', saya kasih lingkaran. Balikin. Ini gara-gara bacaan 'nenek lu', tersinggung kali," ungkap Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (16/1/2015) lalu.
bukan hanya itu, ada beberapa anggaran aneh, seperti les bahasa mandarin dan paket mandarin. Setiap paketnya memiliki nilai puluhan juta. Dan Ahok mengungkapkan, ada anggaran untuk visi dan misi anggota DPRD DKI Jakarta.
"Total di luar tanah Rp 8,8 triliun (yang dicoret) saya suruh pilih saja. Saya enggak tahu berapa jumlahnya. Ngajuin sesuatu yang menurut saya enggak penting. Jadi enggak bisa. Itu disebut visi misi DPRD. Isinya begituan, versi mereka. Makanya saya gak mau masukin," jelas Ahok
Keanehan ini diduga Ahok sebagai dana siluman dimanfaatkan oleh DPRD DKI untuk merampok uang rakyat. Ahok pun sudah melaporkan hal ini kepada KPK.
Sepertinya Awan hitam akan dirasakan oleh rakyat jakarta yang belum sadar pentingnya menggunakan akal sehat dalam memilih Pemimpin yang benar-benar mengutamakan Rakyat bukan mengutamakan DPRD.
GOD BLESS Rakyat Jakarta!
Posting Komentar